Ringkasan Biografi Imam Syafi'i

Pasti anda sudah mengenal Imam Syafi'i, ya Imam Syafi'i ulama besar yang telah membuat kitab-kitab yang penting untuk kemaslahatan umat islam. Ia dilahirkan pada tahun 150 H, bertepatan dengan tahun dimana Imam Abu Hanifa meninggal dunia. Ia dilahirkan di Ghazzah, Askalan. Tatkala umurnya mencapai dua tahun, ibunya memindahkannya ke hijaz dimana sebagian besar penduduknya berasal dari Yama, ibunya sendiri berasal dari Azdiyah. Keduanya pun menetap disana. Ketika umurnya 10 tahun, ibunya memindahkannya ke  Mekkah karena khawatir akan melupakan nasabnya. Sejak kecil Imam Syafi'i hidup dalam kemiskinan. ketika beliau masuk ke bangku pendidikan, para pendidik tidak mendapatkan upah dan hanya terbatas pada pengajarannya. Namun setiap kali seorang guru mengajarkannya, terlihat Syafi'i kecil dengan ketajaman akal yang dimilikinya sanggup menangkap semua perkataan serta penjelasan sang guru. Setiap kali gurunya berdiri untuk meninggalkan tempatnya, Syafi'i mengajarkan apa yang didengar dan dipahaminya kepada anak-anak yang lain, sehingga dari apa yang dilakukannya ini Syafi'i mendapatkan upah. Setelah menginjak umurnya yang ketujuh, Syafi'i telah menghafal seluruh isi Al-Qur'an dengan baik.
Syafi'i bercerita, "Ketika saya mengkhatamkan Al-Qur'an dan memasuki masjid, saya duduk di majelis para ulama. Saya menghafal hadits-hadits dan masalah-masalah fiqih. Pada saat itu, rumah kami berada di mekkah. Keadaan saya sangat miskin, dimana saya tidak memiliki uang untuk membeli kertas, namun saya mengambil tulang-tulang sehingga dapat saya gunakan untuk menulis."
Ketika menginjak umurnya yang ke tiga belas, ia juga memperdengarkan bacaan Al-Qur'an kepada orang-orang di Masjidil Haram, ia memiliki suara sangat merdu.
Hakim mengeluarkan haditsh dari riwayat Bahr bin Nashr, ia berkata, "Apabila kami ingin menangis, kami mengatakan kepada sesama kami, 'Pergilah kepada pemuda Syafi'i 'Apabila kami telah sampai kepadanya, ia mulai membuka dan membaca Al-Qur'an sehingga manusia yang ada di sekelilingnya banyak yang berjatuhan di hadapannya karena kerasnya menangis. Kami terkagum-kagum dengan kemerduan suara yang dimilikinya, sedemikian tingginya ia memahami Al-Qur'an sehingga sangat berkesan bagi para pendengarnya."

Bersambung >>

Komentar